Pages

Selasa, 18 Agustus 2015

Rumah Zakat Salurkan 2.000 Paket Superqurban ke Tolikara

REPUBLIKA.CO.ID, JAYAPURA -- Rumah Zakat (RZ) menyalurkan 2.000 paket kornet Superqurban ke wilayah Wamena dan Tolikara. Kornet Superqurban ini diharapkan dapat membantu pemenuhan gizi warga disana.

Hingga kini, tim kemanusiaan RZ bersama dengan lembaga kemanusiaan lainnya terus berupaya untuk mewujudkan pembangunan kembali masjid Tolikara, yang saat ini sedang dalam tahap awal pembangunan. Di wilayah lainnya, tepatnya di sekitar wilayah Wamena, Jaya Wijaya, RZ bekerjasama dengan tim kemanusiaan lainnya melakukan assesment hingga pemberian bantuan yang diperlukan.

“Kemarin, Rabu (29/07) kami mengunjungi satu perkampungan muslim Hitigima, Desa Assotipo. Disana terdapat Masjid Nurulhuda yang dikelilingi pemukiman, jumlah warga disana sekitar 30 kepala keluarga,” ungkap Herlan Wilandariansyah, Tim Kemanusiaan RZ, Kamis (30/7).

Lokasi perkampungan muslim ini diapit perbukitan dan masih terlihat rumah-rumah adat khas Papua. Hal tersebut yang mendasari RZ mendistribusikan penyaluran kornet Superqurban untuk membantu peningkatan gizi mereka. Selain itu RZ juga memberikan 1 unit portable wireless untuk menunjang kegiatan edukatif disana.

Rencananya, tim kemanusiaan RZ juga akan mengunjungi 10 perkampungan Muslim lainnya. Selain untuk mendistribusikan bantuan, juga untuk menggali berbagai kebutuhan yang kedepannya akan diwujudkan dalam bentuk program pemberdayaan,” Jelas Herlan.

Rabu, 12 Agustus 2015

Aplikasi Teknologi Pengolahan Pangan Dalam Program Superqurban


Oleh: Prof. Dr. Ir. Rizal Syarief, DESS.

Akhir tahun 1790 Perancis dalam keadaan perang melawan Rusia dan mengalami kesulitan memberi makan penduduk dan pasukan perangnya yang dipimpin oleh Napoleon Bonaparte, maka sayembara untuk dapat menambah daya tahan makanan pun digelar. Nicolas Appert, seorang pembuat kembang gula yang bekerja di sebuah dapur sederhana menemukan bahwa makanan yang dipanaskan di dalam suatu kemasan yang tertutup rapat tetap awet bila kemasannya tidak dibuka lagi atau tutupnya tidak bocor. Penemuan inilah awal dari revolusi proses pengalengan makanan sehingga daya tahannya semakin lama.

Kini teknik pengalengan diartikan sebagai pengolahan pangan dan tindakan upaya meningkatkan daya tahan makanan menggunakan suhu tinggi. Tahap-tahap proses pengalengan secara umum terdiri dari persiapan bahan mentah (pemilihan, pemotongan, pencucian), blanching, pengisian, pengampasan (exhausting), penutupan, sterilisasi dan pendinginan. Hal ini lah yang diterapkan dalam proses kornetisasi daging yang tampaknya kini pun menjadi bahan garapan Rumah Zakat .





 


Pengolahan pangan hakikatnya adalah suatu proses yang ditujukan untuk memasak, merubah bentuk, menambah daya tahan, dan meningkatkan cita rasa dari suatu bahan pangan. Dengan teknologi pengolahan pangan diharapkan ada penambahan manfaat dari bahan makanan tersebut baik dari segi kepraktisannya, kemudahan distiribusi, serta daya tahannya. Bahkan kita bisa merekayasa kandungan nutrisi dalam makanan sesuai dengan kebutuhan orang per orang, untuk mereka yang malnutrisi misalnya.

Saat Hari Raya Qurban di Indonesia kecenderungannya adalah sediaan daging selalu berlebih, sebaiknya ada satu upaya yang diimplementasikan untuk menambah manfaat dari daging tersebut. Orang-orang Indonesia dahulu sebetulnya sudah memakai teknik untuk menambah daya tahan makanan seperti ini, seperti membuat daging rendang bumbu kacang, dendeng, atau cara lain sebagai ransum makanan saat perjalanan ibadah haji.

Rumah Zakat Indonesia mengambil tindakan yang tepat dengan mengaplikasikan teknologi pengalengan (kornetisasi), dalam hal ini daging Qurban yang sudah dikalengkan akan berfungsi seperti persediaan pangan untuk tentara yang sedang berperang. Siap didistribusikan dan siap disantap begitu diperlukan. Program ini akan sangat membantu ketika terjadi bencana, daya tahan, kepraktisan, dan kemudahan pendistribusian menjadi beberapa entitas program Superqurban.

Berdasarkan tinjauan tentang pengolahan pangan, sebaiknya Rumah Zakat Indonesia meneruskan proses kornetisasi daging Qurban ini. Saat ini kemasan kornet Superqurban sudah bagus, label warna merah sangat cocok untuk identitas produk daging yang dikalengkan, terlebih lagi rasanya juga enak. Riset dan pengembangan tentang teknik-teknik pengolahan lain pun seperti pembuatan dendeng, abon, ataupun rendang mungkin bisa menjadi alternatif lain sebagai antisipasi kejenuhan variasi bahan makanan.***

Penulis sekarang menjabat Kepala Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) IPB, lahir di Yogyakarta 9 April 1948. Lulusan Program Doktoral Doktoral Ilmu Pangan Univ. De Nantes Perancis.

sumber : https://www.rumahzakat.org

Selasa, 04 Agustus 2015

Superqurban

Superqurban adalah salah satu produk inovasi Rumah Zakat dalam program optimalisasi pelaksanaan ibadah qurban dengan mengolah dan mengemas daging qurban menjadi kornet dan rendang. Produk Superqurban mampu menjawab permasalahan pendistribusian daging qurban sampai ke daerah-daerah pelosok dan terdepan di nusantara. Kornet dan rendang yang tahan hingga 3 tahun, dapat didistribusikan sepanjang tahun, dan efektif untuk pembinaan gizi dan aqidah. Sehingga Rumah Zakat banyak meraih penghargaan dari program Superqurban sebagai produk inovasi optimalisasi daging hewan qurban.

Superqurban sebagai produk kaya manfaat ini telah dirasakan oleh saudara-saudara kita di wilayah Indonesia Timur, seperti Pulau Tello, Pulau Kayuwadi, Pulau Alor, Pulau Rote, Pulau Sabu, Pulau Sumba, Pulau Komodo, Pulau Buton, Pulau Obi dan Pulau Raja Ampat yang disebarkan melalui program Ekspedisi Bhakti Kesra Nusantara bersama Kementrian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat (Kemenko Kesra) pada Juni 2013 dan 2014 lalu.

Selain itu  pada tahun 2012, Rumah Zakat juga pernah mengirimkan 50 ribu paket kornet Superqurban dalam Ekspedisi Bhakti Kesra Nusantara yang menyambangi pulau-pulau terluar Indonesia, seperti Pulau Maumere, Pulau Lembata, Pulau Buru, Pulau Morotai, Pulau Marampit, Pulau Marore, dan Pulau Balabalakang.

Hanya dengan Rp 2.375.000,-/ekor (Kambing) Rp 17.250.000,-/ekor (Sapi) atau retail @ Rp 2.575.000,- , Anda sudah bisa mengikuti program Superqurban ini. Program kami jelas beda. daging qurban tak dibagikan langsung habis sehari tapi kami kornetkan dalam bentuk kaleng @ 200 gram. Disembelih saat hari Qurban, sesuai syari, diolah dengan mesin canggih tetap klinis dan higienis. Distribusi bisa lebih panjang dan simpel serta menjangkau setiap pelosok nusantara. Tak perlu khawatir hewan sakit atau cacat saat tiba di lokasi.

Metode pengkornetan daging qurban dalam program Superqurban ini mempunyai manfaat yang lebih baik, diantaranya adalah:
  1. Sesuai syariah. Hewan dipotong dalam kondisi sehat pada hari raya Idul Adha hingga hari tasyrik.
  2. Praktis. Mudah dibawa, mudah dibuka, siap menjangkau berbagai kawasan rawan pangan di Nusantara.
  3. Kesehatan Terjamin. Hewan qurban di karantina dalam pengawasan dokter hewan.
  4. Kornet tahan lama hingga jangka waktu 3 tahun. Diproduksi oleh perusahaan yang telah berpengalaman dalam pengemasan produk ekspor, dengan standar halal MUI dan pengawasan BPOM.
  5. Aksi distribusi dilakukan sepanjang tahun. Tidak habis dalam sekejap sepekan hari raya qurban. Program penyaluran bisa lebih terarah dan terencana.
  6. Menjangkau pelosok Indonesia. Menjangkau daerah terpencil, pedesaan dan wilayah jangkauan bencana yang luas. Minim resiko dibanding bila di distribusikan dalam wujud hewan hidup.
  7. Memberdayakan Petani Lokal. Seluruh tahapan produksi dilakukan di Indonesia, program ini sangat efektif memberdayakan potensi peternak lokal yang utamanya berbasis di pesantren.
  8. Solusi Efektif Bantu Korban Bencana. Terbukti sukses untuk membantu korban konflik Ambon, Maluku Utara, bencana tsunami Aceh, gizi buruk di Banten, longsor Banjarnegara, gempa DIY-Jateng, tsunami Pangandaran, gempa di Bengkulu, bencana Gunung Kelud dan yang terakhir adalah aksi siaga bencana pada gempa di Jawa Barat serta Gempa Sumatera.

sealkazzsoftware.blogspot.com resepkuekeringku.com