Kebanyakan dari kita menganggap bahwa berqurban itu sekedar berinfak tahunan dalam jumlah besar. Tanpa kita tahu bagaimana awal mula kita disyariatkan berqurban. Padahal dalam sejarahnya, Nabi Ibrahim menghadapi tantangan yang begitu hebat ketika diminta Allah untuk menyembelih anaknya, Ismail. Ketika Nabi Ibrahim berhasil menjalankan perintah Allah tersebut, maka terbuktila cintanya Nabi Ibrahim kepada Allah lebih besar daripada cinta kepada anaknya, istrinya, harta bendanya dan hal-hal duniawi lainnya
Hal yang sama juga terjadi pada masyarakat secara umum saat menyambut hari raya idul adha. Banyak yang tidak terlalu peduli dan cuek-cuek saja. Fenomana pilih kasih antara Idul Fitri dan Idul Adha begitu terasa. Padahal di sebagian besar negara Arab justru, idul adha lah momentum yang ditunggu-tunggu untuk merayakannya. Yang paling banyak ditinggalkan adalah mengambil keberkahan 1-10 Dzulhijjah dengan mengoptimalkan amal-amal sunnah dan kebaikan pada hari-hari itu, padahal jelas rasulullah SAW memberikan bocoran kepada kita tentang kemuliaannya :
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. bahwa Nabi saw. Bersabda, “Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah.” Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah?” Beliau menjawab, “Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun.” (HR. Bukhari)
Dari Umar r.a., bahwa Nabi saw. Bersabda, “Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir, dan tahmid.” (HR. Ahmad)
Hal yang sama juga terjadi pada masyarakat secara umum saat menyambut hari raya idul adha. Banyak yang tidak terlalu peduli dan cuek-cuek saja. Fenomana pilih kasih antara Idul Fitri dan Idul Adha begitu terasa. Padahal di sebagian besar negara Arab justru, idul adha lah momentum yang ditunggu-tunggu untuk merayakannya. Yang paling banyak ditinggalkan adalah mengambil keberkahan 1-10 Dzulhijjah dengan mengoptimalkan amal-amal sunnah dan kebaikan pada hari-hari itu, padahal jelas rasulullah SAW memberikan bocoran kepada kita tentang kemuliaannya :
Dari Ibnu ‘Abbas r.a. bahwa Nabi saw. Bersabda, “Tidak ada hari dimana amal shalih pada saat itu lebih dicintai oleh Allah daripada hari-hari ini, yaitu sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah.” Mereka bertanya, “Ya Rasulullah, tidak juga jihad fi sabilillah?” Beliau menjawab, “Tidak juga jihad fi sabilillah, kecuali orang yang keluar (berjihad) dengan jiwa dan hartanya, kemudian tidak kembali dengan sesuatu apapun.” (HR. Bukhari)
Dari Umar r.a., bahwa Nabi saw. Bersabda, “Tidak ada hari yang paling agung dan amat dicintai Allah untuk berbuat kebajikan di dalamnya daripada sepuluh hari (Dzulhijjah) ini. Maka perbanyaklah pada saat itu tahlil, takbir, dan tahmid.” (HR. Ahmad)
0 komentar:
Posting Komentar